Quantcast
Channel: Buddhazine
Viewing all articles
Browse latest Browse all 2781

Meski Usai Gempa, Umat Buddha Vihara Dhamma Vinaya Lombok Tetap Lakukan Sangha Dana

$
0
0

Gempa yang terjadi beberapa waktu lalu masih menyisakan kepedihan dan trauma yang dalam bagi umat Buddha di Lombok Utara, begitu juga umat Buddha Vihara Dhamma Vinaya. Beruntungnya Vihara yang dibangun pada tahun 2012 ini masih tetap berdiri kokoh dan hanya reta pada beberapa tempat. Karena sengaja dibangun menggunakan besi ulir 16 mm, untuk menghindari hal terburuk seperti gempa.

“Umat awalnya tidak setuju dengan diadakan Sangha dana, tetapi Sangha dana harus tetap dilakukan. Karena Sangha dana merupakan keputusan Sangha dan ada beberapa bhikkhu yang melalukan masa vassa di Lombok,“ ujar Bhikkhu Saccadhammo kepada seluruh umat yang datang dari beberapa tempat.

“Gempa sudah merobohkan rumah-rumah kita, jika hal itu sampai membuat kita batal melakukan kebajikan, maka gempa juga merobohan kita dalam melakukan kebajikan. Tetap melakukan kebajikan dalam keadaan sulit, tetap berbuat baik dalam kondisi yang sulit. Jika kini tertimpa kemalangan/musibah, terlahir tidak kaya, terlahir tidak cantik, terlahir tidak istimewa itu semua karena kurang dalam melakukan kebajikan,” terang Bhikkhu Saccadhammo pada pelaksanaan Sangha dana 2562 BE/2018 umat Buddha Dusun Karang Panasan, Desa Tanjung, Kecamatan Tanjung, Lombok Utara, NTB pada Minggu (18/11).

“Ada satu kisah dari negara sebelah yang sampai detik ini sangat mengispirasi. Riwayat seorang anak kecil tunggal dan baru berusia 10 tahun di suatu desa, memiliki seorang ayah yang lumpuh, tidak bisa bekerja, untuk jalan, mandi, duduk, bangun dari tidur tidak bisa. Anak ini harusnya sedih karena ibunya kabur dan ia yang merawat ayahnya dari memapah, memandian, menyuapi, dan lain sebagainya.

Akan tetapi anak ini tetap rajin sekolah dengan jalan kaki dari rumah ke Sekolah yang jaraknya cukup jauh dan harus melewati hutan. Disela waktu tidak sekolah, ia menjadi buruh tukang batu untuk menghidupi diri dan ayahnya. Sebagian hasilnya untuk membeli buku cara pengobatan tradisional dan tanaman obat yang bisa didapatkan di dalam hutan. Lalu anak ini mulai mencoba membuat obat, setelah beberapa kali dan dengan pengalaman yang ia peroleh, ia menyuntikkan obat tersebut ke ayahnya.

Luar biasanya anak ini, punya filosofi bahwa kebajikan bisa dibuat. Berita anak ini tersebar dan kebetulan di negara tersebut ada kebiasaan tahunan untuk mencari 10 orang yang menginspirasi dan memperoleh hadiah. Anak ini merupakan salah satunya. Ketika tim datang dan menanyakan inspirasi dari anak itu, akhirnya sang anak mengatakan bahwa, “Kebajikan harus dibuat meskipun dalam kondisi yang sulit.” Karena hal ini diketahui oleh orang-orang besar maka banyak petinggi-petinggi yang membujuk anak itu untuk mengungkapkan semua keinginannya misalnya rumah, mobil, sekolah, dan lain sebagainya.

Kebanyakan orang pasti memilih semua keinginan tersebut, akan tetapi apa yang diinginkan anak itu? Dia hanya ingin ibunya kembali. Dia juga mengatakan, “Wahai ibu, saya sudah bisa bekerja mencari uang dan merawat ayah.” Ini merupakan inspirasi bagi umat Buddha Lombok Utara untuk tetap berbuat kebajikan,” pesan Bhikkhu Saccadhammo.

Menurut Bhikkhu Saccadhammo, gempa telah terjadi juga ada hikmahnya. Kita diberi tahu sejak dini bahwa Dhamma itu benar adanya (nyata), anicca (ketidakekalan). Dari musibah yang diterima kita memperoleh pengalaman, pengalaman tidak bisa dibeli dan tidak bisa diulangi, maka pengalaman adalah hal yang luar biasa. Sehingga kita akan terbiasa dan memiliki sikap yang tenang dan biasa saja, mampu menerima dan menghadapi kenyataan. Jika kemelekatan tinggi, maka tidak bisa menerima kenyataan.

“Apresiasi dari Bupati Lombok bahwa setelah terjadi Gempa, daerah ini tetap damai, tidak ada penjarahan, pencurian, dan perampokan. Semoga ketegaran dan sabar umat di sini bisa dipertahankan dan terus dikembangkan serta diwariskan kepada generasi penerus.”

4-5 bulan pasca gempa, mereka hidup dengan swadaya masyarakat, ada yang beruntung mendapatkan Huntara, sedang yang lainnya usaha sendiri dengan menggunakan kembali puing-puing bekas reruntuhan. Dengan keadaan tersebut dan pada momen Sangha Dana, mereka melakukan kebajikan dengan tekad bahwa, “Berdana bukan tentang memberi, tetapi kerelaan yang tidak teriakat, tidak terbelenggu. Belajar melepas, mengurangi kemelekatan sedikit lebih jauh, karena suatu saat kita dipaksa oleh alam untuk berpisah dari segalanya bahkan dengan  tubuh kita sendiri. Kebajikan dilakukan dengan sadar dan penuh keyakinan, serta memberi dengan menghormati yang menerima, meninggikan yang menerima dengan perhatian dan konsentrasi.”

Pelaksanaan Sangha dana kali ini berbeda dengan pelaksanaan tahun lalu, tidak terlalu ramai. Akan tetapi banyak yang spesial. Spesial yang pertama, tetap melaksanaan Sangha dana pasca gempa. Spesial yang kedua, memotivasi umat Buddha pada saat terkena musibah.

The post Meski Usai Gempa, Umat Buddha Vihara Dhamma Vinaya Lombok Tetap Lakukan Sangha Dana appeared first on .


Viewing all articles
Browse latest Browse all 2781

Trending Articles