Masyarakat Indonesia tentunya mengenal Garuda sebagai lambang negara. Aslinya, Garuda adalah sosok mitologis dari tradisi India, yang ditemukan baik dalam agama Hindu maupun Buddha.
Dalam tradisi Hindu, Garuda adalah sosok yang sangat dihormati, karena merupakan wahana atau tunggangan Dewa Wisnu. Kisah Garuda tertuang dalam kitab Mahabharata dan juga Purana.
Sementara kisah Garuda dalam tradisi Buddhis antara lain bisa dijumpai dalam Maha-samaya Sutta dari Sutta-pitaka Pali (Digha Nikaya 20). Di sini dikisahkan Sang Buddha mendamaikan kaum Naga dan Garuda yang bertikai.
Dalam Buddhisme Tibet, Garuda adalah salah satu dari empat hewan spesial yang mewakili karakteristik seorang Bodhisattwa. Keempat binatang itu adalah naga yang mewakili kekuatan, harimau yang mewakili keyakinan, singa salju yang mewakili rasa takut, dan garuda mewakili kebijaksanaan.
Garuda adalah subjek umum seni Buddhis dan seni rakyat di banyak daerah di Asia. Patung Garuda seringkali dipasang guna “melindungi” kuil. Tataghata Buddha Amoghasiddhi terkadang juga digambarkan mengendarai Garuda.
Di dalam tradisi Nusantara, khususnya Jawa, motif Garuda banyak ditemukan dalam kain batik. Salah satunya dalam motif Semen, yang hampir semua jenisnya selalu mengandung ornamen Garuda.
Retno Wulandari, dosen Fakultas Seni Rupa ISI Yogyakarta memaparkan, motif Semen dimaknai sebagai penggambaran dari “kehidupan yang semi” (kehidupan yang berkembang atau makmur). Terdapat beberapa jenis ornamen pokok pada motif-motif semen. Salah satunya adalah ornamen yang menampilkan Gurdo atau Garuda, yang terwakili dari sayapnya.
“Garuda adalah simbol kekuatan, kekuasaan, yang mengayomi,” terangnya saat menjadi salah satu pembicara di hari kedua Simposium Internasional Budaya Jawa yang digelar Kraton Jogja, Selasa (10/3/2020) di Royal Ambarrukmo.
Ia menambahkan, salah satu motif Semen yang terkenal adalah Semen Rama, yang seringkali dihubungkan dengan cerita Ramayana yang sarat dengan ajaran Hastha Brata, atau ajaran keutamaan melalui delapan jalan. Ajaran ini adalah wejangan keutamaan dari Ramawijaya kepada Wibisana ketika dinobatkan menjadi raja Alengka. Isinya tentang sifat-sifat utama yang seharusnya dimiliki oleh seorang raja atau pemimpin rakyat.
“Ini yang membuat saya kagum dengan batik, ada makna dibalik simbol-simbol di dalamnya,” kata Retno.
The post Hubungan Garuda dan Motif Batik appeared first on BuddhaZine.