“Malam ini, keluarga besar kami akan berdana renovasi Vihara Dhammasarana. Mohon kepada Bapak Sukoyo (Kepala Dusun Krecek) mewakili masyarakat menerima tekad kami,” ujar Bhikkhu Dhammakaro dalam peringatan 7 hari meninggal Ibu Yamini, ibu kandung Bhikkhu Dhammakaro, Selasa (29/6).
Tekat Bhante untuk meronovasi Vihara Dhammasarana disambut gembira oleh seluruh masyarakat Dusun Krecek. Pasalnya, jika dibandingkan dengan vihara-vihara sekitar, Vihara Dhammasarana sudah cukup “tua” untuk digunakan sebagai sebagai tempat puja bakti kalau tidak mau disebut tidak layak.

Ruang Dhammasala yang luasnya 7 x 9 meter tidak mampu lagi menampung seluruh umat saat puja bakti berlangsung. Alhasil, Dusun Krecek yang hampir semua warganya beragama Buddha harus berdesak-desakan saat melakukan puja bakti bersama.
“Sudah lama saya mendengar masukan dari umat. Vihara-vihara di dusun lain sudah dibangun megah. Sementara vihara di kampung sendiri kurang diperhatikan. Karena itu, malam ini saya bertekad untuk membantu renovasi vihara ini,” kata bhante lanjut.
Satu bulan berlalu sejak tekad itu diucapkan, impian umat Buddha Dusun untuk memiliki vihara yang nyaman sebagai sarana puja bakti makin dekat. Kamis, (29/7) masyarakat Dusun Krecek menggelar upacara peletakan batu pertama pembangunan vihara.
Ritual peletakan batu pertama dilaksanakan dengan adat Jawa, dihadiri oleh dua orang bhikkhu; Bhante Dhammakaro dan Bhante Khemadharo. Serta khusus umat Buddha Dusun Krecek yang jumlahnya dibatasi dengan mematuhi protokol kesehatan.

Ritual dimulai dengan puja bakti membaca paritta, sutta, dan gatha di ruang dhammasalah. Usai puja bakti, Mbah Sukoyo sebagai pimpinan ritual memimpin meletakan batu dalam lubang yang sudah disiapkan hari sebelumnya.
Peletakan batu yang dibarengi dengan kepulan asap dupa, disaksikan oleh aneka sesaji, bendera merah putih dan panji buddhis dilakukan secara bergantian oleh umat yang hadir. Mulai dari sesepuh hingga anak-anak. Semua dilakukan dengan penuh khidmat disertai harapan proses pembangunan berjalan lancar.
“Hari ini kita berkumpul untuk menyatukan tekad bersama yaitu, membantun sarana ibadah untuk meneruskan ajaran Buddha Dharma sebagai pedoman hidup kita,” pesan Mbah Sukoyo sebelum memulai kendurian sebagai penutup ritual.
Sebagai sesepuh dusun, Mbah Suyoko merasa beruntung dengan guyub rukun masyarakat dalam kerja-kerja sosial. Termasuk dalam aktivitas kerja bakti baik pembangunan dusun maupun sarana puja bakti yang bertujuan untuk memajukan kehidupan masyarakat.
“Tahun ini saya sudah 27 tahun memimpin Dusun Krecek. Saya sangat senang dengan masyarakat yang guyub. Ini adalah sejarah baik yang harus kita teruskan ke anak cucuk kita,” pungkat Mbah Sukoyo.
Masyarakat Dusun Krecek mulai membangun vihara sejak tahun 1968, sama dengan tahun “kembangkitan” agama Buddha di Temanggung. Mulanya, vihara dibangun dengan bahan utama kayu dan bambu. Pada tahun 2006 vihara mulai dibangun secara permanen menggunakan bahan dasar bata, pasir, dan semen.
Vihara yang dibangun pada tahun 2006 ini menjadi tempat menjalankan puja bakti umat Buddha Dusun Krecek hingga sekarang. [MM]
The post Mulai Pembangunan Vihara, Umat Buddha Dusun Krecek Berharap Tak Berdesakan Lagi appeared first on BuddhaZine.