Quantcast
Channel: Buddhazine
Viewing all articles
Browse latest Browse all 2781

Para Pakar Perbincangkan Isu Krisis Modern di Simposium Internasional ke-8 tentang Buddhisme Humanistik

$
0
0

Simposium Internasional ke-8, yang diadakan secara daring di Nan Tien Institute (NTI) di Australia, adalah Simposium Internasional tentang Buddhisme Humanistik pertama yang diadakan di luar Taiwan.

Tidak seperti konferensi akademis tradisional pada umumnya, tujuan simposium ini adalah untuk mendorong dialog interdisipliner, merangsang kreativitas, dan menunjukkan bagaimana nilai-nilai humanistik dapat diterapkan dalam konteks isu-isu yang muncul dalam masyarakat kontemporer.

Acara tersebut digelar Sabtu 6 November, hingga Senin 8 November 2021. Adapun tema simposium adalah “Tanggapan Buddhis Humanistik terhadap Krisis Modern”.

Profesor Denise Kirkpatrick selaku Presiden Nan Tien Institute menjelaskan, seperti diketahui, pandemi COVID-19 telah menghadirkan tantangan bagi dunia yang telah menyebar ke semua sektor kehidupan, termasuk ekonomi, kesehatan fisik dan mental, lingkungan, dan kehidupan sosial kita. Meskipun ini merupakan krisis besar dan gangguan terhadap kehidupan kita sehari-hari, Nan Tien Institute selalu penyelenggara menurut dia memandang pandemi sebagai sarana untuk membantu komunitasnya melalui pendekatan humanistik.

“Solusinya harapan, inovasi, kolaborasi, dan welas asih,” ujarnya.

Sarjana studi Buddhis internasional terkemuka Profesor Emeritus Lewis Lancaster dan peneliti sosial terkemuka Australia Hugh Mackay hadir sebagai pembicara utama simposium. Topik dialog mereka adalah “Never Waste a Crisis: a human response to disruption” (Jangan Menyia-nyiakan Krisis: respons manusia terhadap gangguan).

“Welas asih itu menderita bersama,” terang Prof. Lancaster.

Dan ini menurutnya banyak dilupakan oleh orang-orang. Padahal semua orang mengalami sakit, tua, dan mati. Ketiga hal itu menurutnya adalah pengingat yang penting, seperti yang disaksikan Buddha sebelum ia memutuskan meninggalkan keduniawian guna menemukan kebebasan sejati.

Profesor Emeritus Lewis Lancaster

“Kita punya penderitaan yang sama,” tegasnya.

Ia menekankan pula, bumi ini bukan hanya milik manusia semata. Banyak makhluk hidup lain selain manusia yang hidup di planet ini yang harus diperhatikan, untuk menjaga keseimbangan alam.

“Jangan sampai kita menjadi human oriented,” harap dia.

Sementara peneliti sosial Hugh Mackay mengatakan, dalam krisis, manusia justru bisa belajar apa maknanya menjadi manusia. Dalam isolasi sosial karena krisis, manusia jadi bisa merasakan pentingnya hubungan antarmanusia. Dalam keterpurukan, manusia bisa mengenali hakikat kemanusiaannya yang terdalam.

“Menjadi baik, saling mengasihi, saling menghargai, dan saling berkorban,” katanya.

Hugh Mackay

Selain kedua tokoh pembicara utama, hadir pula 24 panelis tersebar yang tersebar di 6 panel. Topik panel meliputi:

• Menciptakan Masyarakat Inklusif

• Bekerja Menuju Masyarakat Masa Depan yang Lebih Humanistik: Tantangan bagi Diri Sendiri dalam Sistem yang Kompleks

• Belajar dari Tanggapan Australia terhadap Krisis Modern

• Mengevaluasi Adaptasi Buddhis di Dunia Modern

• Meneliti Pendekatan Humanistik untuk Kesehatan dan Kesejahteraan

• Mewujudkan Belas Kasih dalam Tindakan

Setiap presentasi panel diikuti dengan dialog panjang yang dimoderasi, yang mendorong percakapan bebas antara panelis dan penonton.

Sebelumnya, Master Hsing Yun, pendiri Fo Guang Shan [Induk NTI] dalam video pembukaan mengingatkan para peserta bahwa semua fenomena di dunia ini muncul dari sebab dan kondisi. Meski sekilas tidak mudah dimengerti, ia menegaskan, semua hal sesungguhnya saling bergantungan, yang muncul dari kesunyataan.

“Jalinlah hubungan baik dengan orang-orang,” pesan Master Hsing Yun.

The post Para Pakar Perbincangkan Isu Krisis Modern di Simposium Internasional ke-8 tentang Buddhisme Humanistik appeared first on BuddhaZine.


Viewing all articles
Browse latest Browse all 2781

Trending Articles