Setelah mengikuti pelatihan kepemimpinan, paralegal, dan advokasi, para pemuda buddhis diharapkan semakin peduli dan berani memberikan advokasi pada persoalan umat. Demikian pesan Kevin Wu, Ketua Umum Dharmapala Nusantara.
Setelah mengikuti pelatihan Kepemimpinan, Paralegal, dan Advokasi selama tiga hari penuh para peserta mengaku semakin sadar pentingnya pengetahuan hukum. Selama ini, karena kurangnya pemahaman hukum mereka mengaku ketakutan untuk bertindak ketika ada persoalan di komunitas maupun vihara.
“Sebagai umat awam, kalau mendengar tentang hukum sudah ketakutan dulu. Tapi dalam pelatihan ini saya menjadi tahu ternyata semua itu ada peraturannya dan ada dasar-dasar hukumnya, tidak semenakutkan bayangan saya sebelumnya. Pengetahuan ini bisa menjadi pegangan kami sebagai umat awam,” kesan Yogiawati, salah satu peserta dari Wanita Theravada Indonesia (WANDANI).
Pramudia Gilang Mahesa, peserta asal Lombok (NTB) mengatakan bahwa pelatihan ini membuatnya makin percaya diri. “Apabila kita menghadapi persoalan hukum kita tidak bicara soal ketakutan, tapi bicara pada pemahaman kita. Kita bicara bagaimana proses itu terjadi. Saya harap kegiatan dan jalinan ini terus berlanjut, setidaknya dengan kegiatan ini kita bisa belajar untuk lebih meningkatkan kepedulian kita terhadap sesama umat Buddha di kala muncul persoalan terkait hukum,” tutur Gilang.
Pelatihan Kepemimpinan, Paralegal, dan Advokasi ini diselenggarakan oleh Dharmapala Nusantara FABB di Jhana Manghala Meditasi Graha Center, Bogor, Jawa Barat. Kegiatan yang diikuti oleh sebanyak 54 peserta ini berlangsung selama 3 hari, dibuka pada hari Jumat 9 November dan ditutup pada Minggu 11 November 2022.
Kevin Wu, Ketua Umum Dharmapala saat penutupan acara mengucapkan terima kasih atas suksesnya penyelenggaraan pelatihan. Kevin juga menegaskan bahwa acara serupa akan terus digalakkan demi meningkatkan rasa kepedulian antar sesama umat Buddha.
“Dengan pertemuan-pertemuan seperti ini, dengan pergerakan seperti ini, mari kita membangkitkan kepedulian. Kita kikis sifat apatis kita. Ada kasus di Lombok kemarin, kita bilang itu bukan urusan saya, ada yang membakar vihara kita bilang itu bukan urusan kita, itu urusan mereka. Kok kecil sekali mental kita sebagai umat Buddha. Padahal kita selalu menggabungkan semoga semua makhluk berbahagia,” katanya.
Dirjen Bimas Buddha, Supriyadi memberikan apresiasi dan dukungannya terhadap pergerakan yang diinisiasi Dharmapala Nusantara FABB ini. Menurut Supriyadi, kegiatan ini menjadi media untuk melatih keterampilan umat Buddha terutama pemuda dalam merespon persoalan yang muncul.
“Pergerakan ini diadakan bukan hanya untuk mengumpulkan anak-anak muda, apalagi hanya untuk demo-demo. Tetapi dengan kegiatan untuk melatih keterampilan anak-anak muda Buddhis supaya bisa memberikan advokasi ketika terjadi permasalahan yang dialami umat Buddha. Jadi ketika ada masalah bukan bereaksi tetapi di sini teman-teman pemuda semua dilatih untuk merespon. Itulah yang dimaksud dalam kata kepedulian,” jelasnya.
Supriyadi menambahkan bahwa reaksi berbeda dengan respon. Reaksi merupakan aksi sekilas atau spontan terhadap permasalahan tanpa pikir panjang. Sementara respon, menurutnya merupakan tindakan yang berdasarkan ketentuan dan peraturan yang dijalankan. Cara merespon inilah yang diberikan kepada peserta selama mengikuti latihan. Oleh karena itu, Ia menyatakan dukungannya terhadap pelatihan ini.
“Maka saya mengapresiasi atas kegiatan ini yang mana melalui kegiatan ini telah memberikan penguatan atas berbagai ketentuan, sehingga dalam merespon sesuatu sudah ada landasannya. Oleh karena itu saya support betul kegiatan ini. Semakin banyak pemuda yang ikut kegiatan ini akan semakin banyak yang paham akan ketentuan dan peraturan, maka akan semakin mudah untuk merespon dan melakukan advokasi manakala ada permasalahan yang muncul. Terima kasih atas penyelenggaraan pelatihan ini,” paparnya. [MM]



The post Pemuda Buddhis Diharap Advokasi Persoalan Umat appeared first on BuddhaZine.