Quantcast
Channel: Buddhazine
Viewing all articles
Browse latest Browse all 2781

Umat Buddha Desa Tempuran Keliling Kampung Tanpa Alas Kaki di Malam Waisak

$
0
0

Sekitar 150 warga Umat Buddha Vihara Buddha Metta Kampung Mranggen, Kandangan, Desa Tempuran, Kaloran, Temanggung, Jawa Tengah mengitari kampung, Sabtu (3/6) malam, jelang perayaan Waisak. Suleman, Manggalia Vihara Buddha Metta menyampaikan bahwa prosesi ini sudah dilakukan dua kali setelah masa pandemi berlalu. 

“Dulu kalau malam Waisak ya biasa saja, dan sejak tahun 2022 kemarin, mulai diadakan prosesi malam menjelang Hari Raya Waisak. Karena umat di vihara kami tidak ada agenda ke Borobudur jadi kami mengadakan perayaan di kampung saja,” papar Suleman.

Prosesi dimulai pukul 20.00 WIB setelah umat selesai melaksanakan puja bakti Sebulan Pendalaman Dhamma (SPD) yang terakhir. Nampak umat serempak mengenakan seragam atasan putih dan bawahan hitam. Suleman menambahkan bahwa prosesi ini sebagai sarana umat mengembangkan cinta kasih kepada segenap makhluk dan warga kampung.

“Selama prosesi semua umat tidak memakai alas kaki, dan semua tetap harus tenang, diam, sambil mengembangkan harapan-harapan baik bagi seluruh warga kampung. Tidak hanya untuk umat Buddha tapi semua warga bahkan semua makhluk yang berada di kampung kami,” Suleman menambahkan.

Prosesi diisi oleh para pembawa amisa puja di barisan terdepan, pembawa tandu ruppang Buddha, pembawa tandu gunungan hasil tani (palawija), barisan sesepuh, anak-anak, dan barisan terakhir yang terpanjang adalah umat yang membawa dupa dan obor dari bambu (oncor). 

Setelah sejenak merenung dan membacakan Vandana di halaman vihara, umat mulai berjalan mengelilingi kampung berlawanan arah jarum jam sejauh kurang lebih 700 meter. Sepanjang prosesi diperdengarkan alunan Tisarana melalui sound system portable. 

Suasana yang sunyi serta gelap turut menambah kesakrakalan prosesi. Harum dupa yang menyebar ke segala penjuru kampung seakan menjadi perantara menyampaikan doa kebahagiaan dan kesejahteraan bagi semua warga. 

“Dengan ini, semoga para leluhur, para Danyang kampung kami juga turut berbahagia,” pungkas Suleman.

Selama prosesi berlangsung, terlihat sikap toleransi dari umat lintas agama. Semua warga yang berbeda keyakinan ikut memadamkan lampu jalanan guna menambah kekhusyukan umat Buddha. [MM]

The post Umat Buddha Desa Tempuran Keliling Kampung Tanpa Alas Kaki di Malam Waisak appeared first on BuddhaZine.


Viewing all articles
Browse latest Browse all 2781

Trending Articles