Sabtu (2/6) umat Buddha Kabupaten Boyolali menggelar Dharma Santi Waisak. Acara ini digelar di sebuah desa yang terletak di lereng Gunung Merbabu, Desa Sampetan, Kecamatan Ampel, yang menjadi salah satu basis umat Buddha Kabupaten Boyolali.
Selain para bhikkhu Sangha dan ribuan umat Buddha, acara yang digelar pada malam hari ini juga dihadiri oleh tokoh dan masyarakat lintas agama. Syair lagu-lagu Buddhis dalam bahasa Jawa mengalun indah dengan iringan gamelan yang dimainkan anak remaja Buddhis Desa Sampetan.
Kentalnya nuansa seni dan budaya ini menjadi nilai lebih tersendiri bagi umat Buddha yang berada di Lereng Gunung Merbabu ini, seperti yang dituturkan Sumali Wongsoprawiro, sesepuh umat Buddha Sampetan. “Meskipun agama Buddha adalah ajaran yang berasal dari India, tetapi ketika sudah masuk ke Jawa, khususnya di lereng Gunung Merbabu ini seolah jadi njawani,” jelasnya kepada BuddhaZine. Melalui tradisi dan seni inilah yang membuat umat Buddha di pedesaan ini lebih antusias dalam belajar Buddhadharma.
“Ini yang menyebabkan umat Buddha rajin ke vihara, karena di situ ada gamelan, nggending jawa, tarian tradisional yang pada setiap perayaan akan dipentaskan,” imbuh Sumali.
Sementara itu, Suroso, Ketua Majelis Buddhayana Indonesia (MBI) Jawa Tengah mengajak umat Buddha memaknai perayaan Waisak dengan transformasi diri dan sosial. “Umat Buddha dapat membuat transformasi diri secara damai dan harmoni. Damai artinya tanpa kekerasan dan artinya selaras dengan lingkungan alam sekitarnya. Transormasi diri dan transpormasi sosial menjadi penting dalam upaya melakukan dan menepis tindakan radikal yang dapat memecah bangsa.”
Melalui pembiasaan melatih kesadaran penuh yang terus-menerus akan mengubah diri sendiri sehingga menciptakan keselarasan dan keharmonisan terhadap kehidupan di jagat raya ini,” tutur Suroso dalam sambutanya. Selain pentas seni dari umat Buddha Desa Sampetan, dalam acara kali ini diakhiri denga pergelaran wayang kulit semalam suntuk.
Dengan mengangkat lakon Mbangun Candi Sabto Argo. Lakon ini diangkat karena masyarakat Desa Sampetan saat ini sedang proses membangun sebuah tempat meditasi yang diberi nama Giri Sasana Semedi. Melalui pergelaran wayang kulit ini, Eko Prasetyo, seorang dalang Buddhis menyampaikan nilai-nilai Dharma, ajaran Buddha.
The post Umat Buddha Boyolali Rayakan Waisak dengan Cita Rasa Budaya appeared first on .