Quantcast
Channel: Buddhazine
Viewing all articles
Browse latest Browse all 2781

Dalai Lama: Pelecehan Seksual, Sudut Pandang Agama Buddha

$
0
0

Ursula Richard: Yang Mulia, saya ingin meminta Yang Mulia menyampaikan beberapa patah kata tentang tindakan pelecehan dalam agama Buddha maupun dalam institusi agama pada umumnya, dan bagaimana kita, selaku sebuah masyarakat, serta sebagai komunitas Buddhis, dapat menyikapinya serta mendukung para korban.

Yang Mulia Dalai Lama: Saat ini di Amerika, beberapa organisasi keagamaan, pimpinannya, dalam kenyataannya adalah orang Tibet, saya mengenalnya, ia bertindak … ia membuat aib bagi dirinya sendiri. Banyak dari siswa seniornya yang sekarang secara terang-terangan, sepertinya bertindak menentangnya. Ini benar!

Anda lihat, Buddha menyatakan, menyarankan kita, bahwa para pengikut Buddha seharusnya tidak begitu saja menerima ajaran-ajaran Buddha berdasarkan keyakinan semata, melainkan (melalui) penelitian menyeluruh dan percobaan. Jika beberapa dari ajaran Buddha bertentangan dengan akal sehat atau kenyataan, maka kita bebas untuk menolaknya. Karenanya, beberapa guru Nalanda juga menolak kata-kata Buddha sendiri.

Selanjutnya juga Anda lihat dalam tradisi Tibet, beberapa Lama besar menyatakan dengan sangat jelas bahwa pengabdian terhadap guru seseorang, atau Lama seseorang, itu penting. Tetapi pada saat yang sama, Anda seharusnya tidak mengikuti perilaku tertentu yang nampaknya salah dari guru Anda. Anda seharusnya mengkritisi guru Anda. Seperti itu. Demikianlah. Beberapa orang yang secara membuta, dengan keyakinan membuta menerapkan cara itu, itu tidak benar.

Kita mengikuti guru kita berlandaskan ajaran dasar Buddha. Jika guru pribadi kita mengemban ajaran Buddha dengan benar, maka kita mengikutinya. Jika seorang lama bertindak secara kurang senonoh, maka kita seharusnya menentangnya.

Jadi, ada sebuah kutipan dari sebuah naskah Tsongkhapa dari Lamrim yang berasal dari abad ke-14 di Tibet, yang dengan jelas memberitahu Anda tentang seperti apa hubungan antara guru dan murid ini, ketika Anda, selaku siswa, menghayati tindakan bermanfaat yang dilakukan oleh guru Anda, yang terkait dengan ajaran Buddhis, maka ikutilah dia, dan jika Anda melihat perilaku yang tidak berhubungan dengan prinsip-prinsip etika ini, maka jangan ikuti dia dan tolaklah hal itu.

Jadi, selaraslah dengan peraturan etika (sila), atau pertimbangkan guru Anda, atau ikuti guru Anda dalam kaitannya dengan peraturan etika, juga merupakan pusat utama dalam agama Buddha. Ini adalah pernyataan yang sangat jelas, bahwa hal ini bukan tentang membabi buta mengikuti guru.

“Jika seseorang menyarankan yang tidak konsisten dengan Dharma, hindarilah itu,” – Vinaya.

Beberapa siswa dari guru-guru seperti itu, yang bertindak dalam cara yang tidak pantas atau berperilaku dengan cara yang merusak, telah menyatakan pada saya, bahwa mereka memiliki kesulitan, mereka melihat kesalahan-kesalahan ini, pelanggaran, tetapi merasa, bagaimanapun juga, terhalang oleh kesetiaan mereka terhadap guru mereka, untuk secara terbuka mengecam sang guru.

Saya telah menjawab bahwa hal ini seharusnya bukan merupakan halangan, mereka seharusnya membebaskan diri mereka dari hal ini, dan mereka bisa mengandalkan pada naskah-naskah Buddhis dan prinsip-prinsip Buddhis (sila), yang, sebagai contohnya, secara gamblang dinyatakan dalam peraturan-peraturan vihara (vinaya), untuk mengikuti guru hanya jika sang guru sesuai dengan prinsip-prinsip etika, dan tidak mengikutinya jika guru tersebut tidak bertindak sesuai dengannya.

Hal itu merupakan hak mereka, serta sangat penting untuk bertindak seperti itu. Prinsip-prinsip etika tentang bagaimana berperilaku sebagai guru telah jelas dinyatakan dalam naskah Buddhis. Kasus-kasus pelecehan, yang dilaporkan, jelas-jelas bertentangan secara bertolak belakang dengan prinsip-prinsip tersebut. (Buddhism-controversy-blog.com)

The post Dalai Lama: Pelecehan Seksual, Sudut Pandang Agama Buddha appeared first on BuddhaZine.


Viewing all articles
Browse latest Browse all 2781

Trending Articles